Siapa tak kenal salah seorang sahabat terbaik Rasulullah ini. Di masanya, sifat kedermawanan dan kejujurannya mengantar sosok agung ini sebagai cermin kemakmuran dan keadilan buat banyak orang.
Tak hanya itu, Abdurrahman Ibnu Auf juga termasuk kelompok delapan yang mula-mula masuk Islam, kelompok sepuluh yang diberi kabar gembira oleh Rasulullah masuk surga (Al-Asyarah Al-Mubasyarah bil jannah), serta salah seorang dari enam sahabat yang bermusyawarah (sebagai formatur) dalam pemilihan khalifah sesudah Umar bin Khattab ra.
Berbagai alasan itu pula tampaknya yang membuat Rasulullah SAW menunjuk sahabat keturunan Bani Zuhrah ini sebagai mufti yang dipercayai memberikan fatwa selama di Madinah selagi sang Nabi SAW masih hidup di tengah-tengah masyarakat Muslim.
Sebelum masuk Islam, Abdurrahman Ibnu Auf bernama Abdurrahman Amr. Namun setelah masuk Islam, Rasulullah SAW memanggil sahabat kelahiran tahun 577 M ini dengan nama Abdurrahman Ibnu Auf. Seperti kebanyakan kaum Muslim lainnya, sebelum masuk Islam Abdurrahman Ibnu Auf tak lepas dari penyiksaan dan tekanan dari kaum kafir Quraisy, tetapi dia sabar dan tetap sabar.
Ia tetap konsisten dan teguh. Ia tak bergeming dari siksaan dan rayuan kaum Qurays, dan tetap membenarkan risalah Muhammad. Bahkan lantaran kosistennya dalam menegakkan Islam dan menjadi pengikut setia Rasulullah, ia kemudian dikenal sebagai salah seorang pelopor bagi orang-orang yang hijrah untuk Allah dan Rasul-Nya.
Bersama puluhan sahabat lainnya, Abdurrahman Ibnu Auf termasuk dalam rombongan Rasulullah hijrah ke Madinah. Dalam perantauan itulah, Rasulullah mempersaudarakan orang-orang muhajirin dan orang-orang Anshar, termasuk Abdurrahman Ibnu Auf yang dipersaudarakan dengan Sa'ad Ibnu Rabi' Al-Anshari ra.
Sebelumnya, sahabat Abdurrahman Ibnu Auf juga ikut serta dalam rombongan hijrah kaum Muslim ke Habasyah (Ethiopia), meski akhirnya kembali lagi ke Makkah. Lantara situasi tak kondusif, untuk kedua kalinya kaum Muslim kembali ke Habasyah, termasuk Abdurrahman. Barulah setelah hijrah kedua kali ini, ia hijrah ke Madinah.
Sukses berdakwah, sahabat Abdurrahman Ibnu Auf juga dikenal mulus dalam berdagang. Keberuntungan terus mengalir padanya. Tak berapa lama berdagang, terkumpul cukup laba untuk mahar menikah.
Dia datang kepada Rasulullah SAW. Menyambut kedatangannya, sang Rasul berkata, "Wah, alangkah wanginya kamu, hai Abdurrahman." Kata Abdurrahman, "Saya hendak menikah ya Rasulullah." Tanya Rasulullah, "Apa mahar yang kamu berikan kepada calon istrimu?" "Emas seberat biji kurma," jawab Abdurrahman.
Rasulullah lalu bersabda, "Adakan kenduri, walau hanya dengan menyembelih seekor kambing. Semoga Allah memberkati pernikahanmu dan hartamu." Lantas Abdurrahman berkata, "Sejak itu dunia datang menghadap kepadaku (hidupku makmur dan bahagia).
Hingga seandainya aku angkat sebuah batu, maka dibawahnya kudapati emas dan perak." Kekayaan harta kemudian melimpah padanya. Namun demikian, ia sadar betul. Belajar dan menjadi murid langsung Rasulullah, Abdurrahman membelanjakan hartanya di jalan yang semestinya.
Misalnya saja, setelah Rasulullah SAW wafat, Abdurrahman Ibnu Auf mengambil alih tugas dan peran Nabi dalam soal kesejahteraan dan keselamatan para ummahatul mukminin (para istri Rasulullah). Dia bertanggung jawab memenuhi segala kebutuhan mereka dan mengadakan pengawalan bagi kaum hawa mulia itu ke mana pun mereka pergi. Semua dilakukannya dengan perasaan tulus ikhlas dan penuh kebahagiaan.
Salah satu bukti misalnya, ia pernah membeli sebidang tanah seharga 4.000 dinar. Tanah itu lalu dibagi-bagikan seluruhnya kepada fakir miskin Bani Zuhrah dan kepada para istri Rasul tersebut.
Ketika seseorang menyampaikan bagian Siti Aisyah ra kepadanya, Aisyah bertanya, "Siapa yang menghadiahkan tanah itu?" Orang itu menjawab, "Abdurrahman bin Auf." Aisyah ra, berkata, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "Tidak ada orang yang kasihan kepada kalian sepeninggalku, kecuali orang-orang yang sabar." Begitulah doa Rasulullah SAW bagi Sahabat Abdurrahman Ibnu Auf.
Hari demi hari, perniagaannya terus meningkat dan berkembang. Kafilah dagangnya hilir mudik dari dan ke Madinah mengangkut gandum, tepung, minyak, pakaian, barang-barang pecah-belah, wangi-wangian dan segala kebutuhan penduduk. Pada suatu hari iring-iringan kafilah dagang Abdurrahman yang terdiri atas 700 unta bermuatan penuh tiba di Madinah.
Semuanya membawa pangan, sandang, dan barang-barang lain kebutuhan penduduk. Ketika mereka masuk kota, bumi seolah-olah bergetar. Terdengar suara gemuruh dan hiruk pikuk, hingga Aisyah bertanya, "Suara apa hiruk pikuk itu?" Salah seorang sahabat menjawab, "Kafilah Abdurrahman dengan iring-iringan 700 ekor unta bermuatan penuh membawa pangan, sandang, dan lainnya.
Kata Asiyah ra, "Semoga Allah melimpahkan berkat-Nya bagi Abdurrahman dengan baktinya di dunia, serta pahala yang besar di akhirat. Saya mendengar Rasululalh SAW bersabda, "Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan merangkak (karena surga sudah dekat sekali kepadanya)."
Mendengar kabar yang disampaikan Aisyah tersebut, Abdurrahman sontak gembira. Seketika ia menemui Aisyah. Katanya, "Wahai Ibu, apakah Ibu mendengar sendiri ucapan itu diucapkan Rasulullah?" "Ya, saya mendengar sendiri," jawab Aisyah. "Seandainya aku sanggup, aku akan memasukinya sambil berjalan. Sudilah ibu menyaksikan, kafilah ini dengan seluruh kendaraan dan muatannya, kuserahkan untuk jihad fisabilillah," timpal Abdurrahman.
Sejak berita membahagiakan itu, semangat putra Auf ini kian memuncak mengorbankan kekayaannya di jalan Allah. Hartanya dinafkahkannya, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.
Seperti ditulis Abdurrahman Ra'fat Basya dalam bukunya Shuwarum min Hayatis Shahabah, harta yang dinafkahkannya sejak itu mencapai 40.000 dirham perak. Itu belum termasuk sejumlah 40.000 dinar emas, 200 uqiyah emas, serta 500 ekor kuda yang ia hibahkan kepada para pejuang.
Selain itu, masih ada sejumlah 1.500 ekor unta untuk para pejuang lainnya dan tatkala dia hampir meninggal dunia, dimerdekakannya sejumlah besar budak-budak yang dimilikinya. Ia juga mewasiatkan agar memberikan 400 dinar emas kepada masing-masing bekas pejuang Perang Badar.
Mereka berjumlah seratus orang, dan semua mengambil bagiannya masing-masing. Dia berwasiat pula supaya memberikan hartanya yang paling mulia untuk para istri Rasul. Lantaran ini, tak heran bila Aisyah sering mendoakannya, "Semoga Allah memberikannya minum dengan minuman dari telaga salsabil.
" Untuk keluarganya sendiri, Abdurrahman Ibnu Auf mewariskan sejumlah harta yang hampir tak terhitung banyaknya. Dia meninggalkan kira-kira 1.000 ekor unta, 100 ekor kuda, 3.000 ekor kambing. Sahabat Abdurrahman Ibnu Auf meninggal pada tahun 652 M. n hery sucipto/ berbagai sumber
Donatur Peperangan
Sukses menyejahterakan kehidupan sosial banyak kaum Muslim, Abdurrahman Ibnu Auf juga dikenal sebagai donatur ulung beberapa peperangan yang langsung dipimpin Rasulullah SAW. Dalam Perang Badar misalnya, Abdurrahman turut berjihad fi sabilillah, dan berhasil mengalahkan musuh-musuh Allah, antara lain Umair bin Utsman bin Ka'ab bin Auf At-Taimy. Dalam Perang Uhud, dia tetap teguh bertahan di samping Rasulullah, ketika tentara muslimin banyak yang meninggalkan medan laga.
Dalam dua pertempuran itu, ia sempat mengalami luka serius, meski akhirnya sembuh jua. Sekalipun begitu, perjuangan dan pengorbanan Abdurrahman di medan tempur jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan perjuangan dan pengorbanannya dengan harta benda.
Suatu ketika Rasulullah SAW berpidato, membangkitkan semangat jihad dan pengorbanan kaum muslimin. Beliau berdiri di tengah-tengah para sahabat. Rasulullah antara lain berkata, "Bersedekahlah tuan-tuan! Saya hendak mengirim satu pasukan ke medan perang." Mendengar ucapan Rasulullah itu, Abdurrahman bergegas pulang ke rumahnya dan kembali menghadap kepada Rasulullah. Katanya, "Ya Rasulallah! saya mempunyai uang 4.000 ribu dinar.
Dua ribu saya pinjamkan kepada Allah dan dua ribu saya tinggalkan untuk keluarga saya." Lalu uang yang dibawa dari rumah itu diserahkan kepada Rasulullah dua ribu. Sabda Rasulullah, "Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepadamu terhadap harta yang kamu berikan dan semoga Allah memberkati pula harta yang kamu tinggalkan untuk keluargamu."
Ketika Rasulullah bersiap menghadapi Perang Tabuk, beliau membutuhkan sejumlah dana dan tentara yang tak sedikit, karena jumlah tentara musuh, yakni tentara Rum cukup banyak. Di samping itu, Madinah tengah mengalami musim panas. Perjalanan ke Tabuk sangat jauh dan sulit. Dana yang tersedia hanya sedikit. Begitu pula hewan kendaraan tidak mencukupi.
Banyak di antara kaum muslimin yang kecewa dan sedih karena ditolak Rasulullah SAW menjadi tentara yang akan turut berperang, sebab kendaraan untuk mereka tidak mencukupi. Mereka yang ditolak itu kembali pulang dengan air mata bercucuran kesedihan, karena tak punya apa-apa untuk disumbangkan. Mereka ini terkenal dengan nama Al-Bakkaain (orang yang menangis), dan pasukan yang berangkat terkenal dengan sebutan Jaisyul Usrah (pasukan susah).
Karena itu, Rasulullah meminta kaum muslimin mengorbankan harta benda mereka untuk jihad fi sabilillah. Kaum muslimin menyanggupi seruan Nabi SAW. Abdurrahman turut mempelopori dengan menyerahkan dua ratus uqiyah emas. Umar bin Khattab berbisik kepada Rasulullah SAW, "Agaknya Abdurrahman berdosa, tidak meninggalkan uang sedikit juga untuk istrinya.
" Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Abdurrahman, "Adakah engkau tinggalkan uang belanja untuk istrimu?" "Ada! mereka saya tinggali lebih banyak dari yang saya sumbangkan," jawab Abdurrahman. Tanya Rasulullah lagi, "Berapa?" "Sebanyak rezeki, kebaikan, dan upah yang dijanjikan Allah," timpal sahabat yang banyak meriwayatkan Hadis Rasulullah ini.
Pasukan muslimin kemudian berangkat ke Tabuk. Allah memuliakan Abdurrahman dengan kemuliaan yang belum pernah diperoleh kaum muslimin seorang pun, yakni, ketika waktu shalat sudah masuk, Rasulullah terlambat hadir. Abdurrahman menjadi imam shalat berjamaah kaum muslimin saat itu.
Setelah hampir selesai rakaat pertama, Rasulullah tiba, lalu beliau shalat di belakang Abdurrahman dan mengikutinya sebagai makmum. Bagi Abdurrahman, tak ada kemuliaan lagi selain menjadi imam bagi pemimpin umat dan para nabi, yaitu Muhammad SAW. her
0 komentar:
Posting Komentar