Alamat Majelis :
Jalan Syekh A Somad Lorong Kemartan 22 ilir Palembang
Belakang Universitas Bina Husada

Selasa, 09 April 2013

Sayidina Ali bin Abi Thalib





Pria paruh baya itu bernama 'Ala bin Ziyad Al-Haritsi. Yang membedakannya dengan rakyat biasa adalah, ia saudagar kaya raya di masa kekhalifahan keempat, Ali bin Abi Thalib. Satu hari, dia mengundang Khalifah Ali berkunjung ke rumahnya. Sang khalifah memenuhi permintaan tersebut.

Sesampai di rumah pengundang, Amirul Mukminin terkagum melihat kemewahan rumah 'Ala. Ali yang istananya sangat sederhana itu mengomentari kemewahan tersebut: "Wahai 'Ala, apa untungnya memiliki rumah sebesar ini, padahal engkau memerlukan rumah yang lebih besar dan lebih mewah kelak di akhirat?"

Semula 'Ala menduga menantu Nabi SAW itu biasa hidup mewah di istana karena posisinya sebagai khalifah. Tapi sahabat Ali ternyata bukanlah 'orang dunia'. Kekuasaan yang digenggamnya tidak lebih dari sekadar sarana untuk beribadah kepada Allah. Ia menguasai dunia, tapi tidak dikuasai dunia. Perubahan terjadi pada diri 'Ala. Amirul Mukminin tahu betul ekspresi perubahan itu. Apalagi ia tahu bila 'Ala mendapatkan kekayaannya melalui jerih payahnya sendiri, bukan dari KKN.

Khalifah Ali lalu menyampaikan pesan: "Wahai 'Ala, engkau bisa menjadikan rumahmu yang besar ini sebagai kendaraan yang akan mengantarkanmu ke rumah yang lebih besar di akhirat kelak."
"Bagaimana caranya, wahai Amirul Mukminin?" respon 'Ala.
"Engkau buka rumahmu untuk para tamu yang menghajatkannya, ikat silaturrahim di antara kaum Muslimin, bela, dan tampakkan hak-hak kaum Muslimin di rumahmu, jadikan rumah ini sebagai tempat pemenuhan hajat saudara-saudara sesama Islam, dan jangan batasi hanya untuk kepentingan dan keserakahan dirimu semata."

***

Ali bin Abi Thalib merupakan khalifah terakhir (35-41 Hijriah/655-661 Masehi) dari kekuasaan Khulafaur Rasyidin (empat pemimpin terpilih pasca- Nabi SAW, yakni; Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman, dan Ali). Untuk kategori anak-anak (generasi muda), Ali dikenal sebagai yang pertama masuk Islam, serta Muslim kedua setelah Khadijah binti Khuwailid.

Dari segi nasab (keturunan), Ali masih sepupu Muhammad SAW dari garis bapak. Ayahnya, yakni Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf, adalah kakak kandung ayah Nabi SAW (Abdullah bin Abdul Muthalib). Sementara ibu bernama Fatimah binti As'ad bin Hasyim bin Abdul Manaf. Ketika lahir, ibunya memberi nama Haidarah, namun sang ayah kemudian menggantinya dengan Ali.

Ketika berusia 6 tahun, Ali diasuh oleh Nabi SAW, seperti halnya sang Nabi pernah diasuh orang tua Ali. Saat Muhammad diangkat menjadi Rasul, usia Ali baru 8 tahun. Sejak masuk Islam itu, ia tak pernah absen menyertai Nabi SAW menyebarkan risalah kedamaian dan keadilan. Tak heran bila kemudian Ali dikenal sangat dekat dengan Rasulullah. Kedekatan itu semakin erat dengan dinikahinya Fatimah Azzahra --salah seorang putri Nabi SAW yang kala itu berusia 15 tahun-- oleh Ali.

Dari pernikahan pertamanya ini, Ali dikaruniai dua putra dan dua putri: Hasan, Husein, Zainab, dan Ummu Kulsum. Anak terakhir, Ummu Kulsum, kelak menjadi istri Umar bin Khatthab, khalifah kedua. Keseluruhan anak Ali berjumlah 19 orang, dari sembilan kali pernikahannya.

Sejak kecil, Ali dikenal dengan kecerdasannya. Sampai-sampai Muhammad SAW memuji Ali dengan kalimat: "Saya adalah ibukota ilmu pengetahuan dan Ali adalah gerbangnya." Ali kecil juga sudah menunjukkan keberaniannya yang luar biasa. Ia misalnya, berani menantang tokoh-tokoh Quraisy yang mencemooh Muhammad SAW.

Ketika sang Nabi SAW ini hijrah dan kaum Quraisy menghunus pedang untuk membunuhnya, Ali tidur di tempat tidur Nabi Muhammad serta mengenakan mantel yang dipakai Rasul kala itu. Nabi pun selamat dari maut.

Di medan perang, dia dikenal sebagai panglima dan petempur yang sangat handal dan disegani. Peperangan Badar, Uhud, dan Khandaq, menjadi saksi keberanian seorang Ali. Namanya semakin sering dipuji setelah ia berhasil menjebol gerbang benteng Khaibar yang menjadi pertahanan terakhir Yahudi. Menjelang Rasul menunaikan haji, Ali ditugasi melaksanakan misi militer ke Yaman. Misi itu dilakukannya dengan baik.

Sebagai khalifah, ia mewarisi pemerintahan yang sangat kacau akibat krisis dan pembunuhan terhadap Utsman bin Affan, khalifah ketiga. Keluarga Umayah menguasai hampir semua kursi pemerintahan. Dari 20 gubernur, hanya gubernur Irak --Abu Musa Al-Asyari-- yang bukan keluarga Umayah.

Berbagai kalangan, di antaranya Aisyah, Zubair dan Thalhah, menuntut Ali mengadili pembunuh Utsman. Sebagian lainnya menuding Ali dekat dan enggan memproses pembunuh tersebut. Tapi Ali menyebut pengadilan sulit dilaksanakan sebelum situasi politik reda. Ia bermaksud menyatukan negara lebih dahulu. Untuk itu, ia mendesak Muawiyah bin Abu Sofyan -- gubernur Syam yang juga pemimpin keluarga Umayah-- segera berbaiat kepadanya.

Muawiyah menolak berbaiat sebelum pembunuh Ustman dihukum. Dianggap membangkang, Ali pun siap menggempur Muawiyah. Tak berapa lama, ia tinggalkan ibukota, Madinah, menuju Kuffah guna mengakhiri pembangkangan Muawiyah.

Langkah ini mengundang kritik kelompok Aisyah. Bersama Thalhah dan Zubair, Aisyah memimpin 30 ribu pasukan dari Mekkah. Pasukan Ali --yang semula diarahkan ke Syam-- terpaksa dibelokkan untuk menghadapi Aisyah. Perang sesama Muslim tak terhindarkan. Aisyah memimpin pasukannya dari tandu tertutup di atas unta. Banyak pasukan mengendarai unta.

Perang itu lalu dikenal dengan 'Perang Jamal' (Unta). Sekitar 10 ribu orang tewas dalam peperangan. Aisyah tertawan setelah tandunya penuh anak panah. Zubair tewas, dan Thalhah terluka.

Kesempatan pun dimanfaatkan Muawiyah. Ia menggantungkan jubah Utsman yang berlumur darah, serta potongan jari istri Ustman, di Masjid Damaskus untuk menyudutkan Ali. Kembali perang terjadi di Shiffin, hulu Sungai Eufrat di perbatasan Irak-Syria. Puluhan ribu Muslim tewas. Di pihak Ali, 35 ribu tewas, dan di pihak Muawiyah 45 ribu meninggal. Dalam keadaan terdesak, pihak Muawiyah bersiasat. Atas usulan Amru bin Ash, mereka mengikat Quran di ujung tombak dan mengajak untuk "berhukum pada Quran". Peristiwa ini terkenal dengan peristiwa 'tahkim'.

Pihak Ali terbelah. Sebagian setuju, sebagian lainnya menolak. Ali mengalah. Kedua pihak berunding. Amru bin Ash di pihak Muawiyah, dan Abu Musa --yang dikenal sebagai seorang shalih dan tak suka politik-- di pihak Ali. Keduanya sepakat "menurunkan" Ali dan Muawiyah.

Tapi Amru mengingkari kesepakatan. Situasi yang tak menentu itu membuat marah Hurkus, komandan pasukan Ali. Karena cara berpikirnya yang sempit, ia menilai Muawiyah maupun Ali melanggar hukum Allah. "Laa Hukma Illallah (tiada hukum selain Allah)," serunya. "Pelanggar hukum Allah boleh dibunuh," tegasnya.

Orang-orang menyebut kelompok radikal ini sebagai "Khawarij" (barisan yang keluar). Mereka menyerang dan bahkan membunuh orang-orang yang berbeda pendapat dengannya, termasuk Muawiyah, Amru bin Ash, dan Khalifah Ali.

"Pemerintahan Ali terlalu banyak dirongrong oleh perang saudara... Tapi ia juga berhasil menyusun arsip negara, menyelamatkan dokumen khalifah, membentuk kantor hajib (bendaharawan) dan kantor shahibus shurthoh (pasukan pengawal), serta mereorganisasi polisi dan menetapkan tugas- tugasnya," komentar Ameer Ali, sejarawan Arab. hery sucipto/berbagai sumber

Wasiat Imam Ali

Dua menantu Nabi SAW, Utsman bin Affan (khalifah ketiga), dan Ali bin Abi Thalib (khalifah keempat), memiliki keistimewaan tersendiri. Yang pertama seorang kaya raya tapi dermawan, dan lainnya, Ali, sederhana tapi tegas dan kaya ilmu. Sebutan Nabi SAW bahwa Ali Gerbang Ilmu, bukti pengakuan Rasulullah atas penguasaan ilmu Ali. Tak heran bila Ali juga dikenal ahli hukum dan mujtahid yang darinya selalu keluar pencerahan- pencerahan ilmiah dan spiritualitas.

Sebagai 'mata air' hikmah, Ali banyak mewasiatkan kepada umat Islam akan kehidupan, baik dalam memenuhi hajat profannya (material) maupun sakralnya (akhirati). Dalam satu kesempatan misalnya, ia bertutur soal hubungan manusia dengan Sang Khaliq. Katanya, "Barang siapa telah memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka ia akan memperbaiki hubungannya dengan orang lain, dan barang siapa telah memperbaiki urusan akhiratnya, maka ia akan memperbaiki urusan dunianya."

Ali juga menganjurkan kita berpikir dan merenungkan kembali informasi yang kita terima. "Renungkanlah berita yang kau dengar secara baik-baik (dan jangan hanya menjadi penukil berita). Penukil ilmu sangatlah banyak dan perenungnya sangat sedikit."

Cobaan atau fitnah di masa Khalifah Ali tak kalah hebatnya dengan fitnah- fitnah saat ini. Agar tidak terjerumus dan terjebak dalam kubangan fitnah, kepada para sahabatnya Ali berpesan, "Ketika fitnah berkecamuk, jadikanlah dirimu seperti 'ibnu labun' (anak unta yang belum berumur dua tahun), karena ia masih belum memiliki punggung yang kuat untuk dapat ditunggangi dan tidak memiliki air susu untuk dapat diperah."

Begitu pun pandangannya soal manusia yang lemah. Di mata satu-satunya khalifah Islam yang bergelar "Imam" ini, orang lemah bukan mereka yang tak berdaya menghadapi lawan, tak berharta, atau tidak memiliki kedudukan. Tapi, "Orang yang paling lemah adalah mereka yang tidak dapat menjalin tali persahabatan dengan orang lain, dan lebih lemah darinya adalah orang yang mudah melepaskan persaudaraan dengan sahabatnya," ujar Ali, sebagaimana dinukil dalam Nahjul Balaghah.

Di bagian lain wasiatnya, Ali menegaskan, "Akan datang kepada manusia suatu masa yang tidak tertinggal dari Alquran kecuali tulisannya dan dari Islam kecuali namanya. Pada masa itu masjid-masjid dimakmurkan bangunannya sedangkan ia sendiri kosong dari hidayah, orang-orang yang menghuni dan memakmurkannya adalah yang paling jahat di muka bumi. Fitnah bersumber dari mereka dan segala kesalahan kembali kepada mereka.

Orang-orang korban fitnah dan telah bertaubat, akan dipaksa kembali dan orang-orang yang tertinggal di belakang (tidak ikut serta dalam kafilah fitnah) akan dirayu agar bergabung dengannya. Allah berfirman: 'Demi Dzat- Ku, akan Ku-kirim untuk mereka sebuah fitnah (cobaan) besar yang akan menjadikan orang-orang sabar bingung menentukan sikap.' Kita memohon kepada-Nya untuk mengampuni kealpaan yang membuat kita tergelincir."n her

0 komentar:

Posting Komentar

 
Admin
Silahkan Pilih
Login